SYA'RA MOTOR SPORT

Jumat, 19 Februari 2010

hikmah dari surat al-fatihah

Hikmah Surat AL FATIHAH


Assalamualaikum Wr.Wb.

Kalau boleh saya ingin juga sharing mengenai tafsir surat Al-Fatihah, khususnya pada ayat yang ke 6 dan 7, tetapi sebelumnya saya mohon dimaklumi dalam karena dasar ilmu agama saya sangat dangkal, oleh karena itu juga tulisan ini hanya sekedar sharing atas dasar apa yang ada dalam pemahaman saya mohon di luruskan bila terjadi salah penafsiran.


“….(ayat 6) Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, (ayat 7) (yaitu) jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat kepada Nya; bukan (jalan) mereka yang Engkau murkai; dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat…”

Apa sebetulnya yang dimaksud dengan jalan yang lurus pada ayat ke-6, dijelaskankan pada ayat ke 7.

Sehingga coba saya artikan bahwa untuk mencapai menjadi orang yang diberi nikmat kepadaNya haruslah menempuh jalan yang lurus.

Sehingga timbul pertanyaan apa itu nikmat kepada Nya? dan

Pertanyaan kedua apa itu jalan yang lurus?

Kita tahu bahwa nikmat yang dimaksudkan berkaitan erat dengan kebahagiaan, yang sasarannya baik di Dunia maupun di Akhirat. Dan bila lebih luas lagi secara gamblang lagi coba saya difinisikan yaitu bisa menikmati kehidupan di dunia, dimudahkan Sakratul Maut, dibebaskan dari Ajab Kubur, Dimudahkan Hisab di Yaumil Kiamat, dilindungi dari Siksa/Api Neraka, dimasukkan ke dalam Surga dan dikumpulkan dengan orang-orang yang saleh, serta mendapat ridha Allah. Itu yang dimaksudkan “diberi nikmat kepadaNya”.

Lalu bagaimana cara mendapatkannyanya?

Yaitu dengan menempuh jalan yang lurus,

Apa sih yang dimaksud dengan jalan yang lurus itu?

Jalan yang lurus itu adalah jalan yang mudah ditempuh/dijejaki/ dijalani dibanding dengan jalan yang berkelok, bercabang, apalagi mendaki,

Tetapi secara awan yaitu jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang diberi nikmat (para Nabi, Wali, Ulama, Sufi) yang kelihatannya sulit sekali untuk di tempuh, penuh dengan kesabaran dan cobaan yang berat.

Tetapi kenapa mereka masih bisa (sanggup) menempuhnya?

Nah inilah kuncinya? Yaitu karena mereka berilmu, karena dengan ilmu yang sulit menjadi mudah, yang berat menjadi ringan, yang susah menjadi senang (bahagia).

Analoginya : Sebelum kita tahu/menguasai/ mengerti ilmunya. Pada saat akan merancang suatu program aplikasi komputer pasti akan menemui banyak kesulitan, pokoknya ngak bisa deh, blank sama sekali, tetapi setelah kita kuasai ilmunya, keluarlah komentar……waahh gampang ternyata…..gitu aja kok repot, mas… mas…

Atau analogi yang lain, bagi orang desa yang pertama kali di Jakarta dan tidak mengerti situasi kota Jakarta tentu akan kesulitan menempuh Perjalanan dari Taman Mini ke Tanggerang, tentu dia nyasar akan kemana-mana bahkan mugkin dia akan dirampok oleh preman jalanan (sulit dan berbahaya bukan), sementara bagi kita yang sudah tau seluk beluk nya tidaklah sesulit yang dibayangkan oleh orang desa tersebut.

Saya jadi teringat salah satu bacaan do’a pada saat menghadapi kesulitan “Ya Allah tiada sesuatu itu sulit tanpa engkau jadikan ia sulit, dan tiada sesuatu itu mudah tampa Engkau jadikan ia mudah, tiada daya dan upaya kecuali dari pada Engkau”

Seberat/sesulit apapun jalan cobaan/ringtangan yang dihadapi, itu hanya menurut presepsi kita, karena kita belum menguasai ilmunya, yang sebenarnya adalah mudah bagi Allah yang memiliki Lauh Mahfuzh. (lihat QS Al-An’aam 6:59)

Bila ilmunya belum sampai kepada kita ya.. carilah dengan sabar….

Karena dalam mendapatkan ilmu perlu suatu iktiar dan do’a. Dan yang pasti ada proses/waktu pembelajaran (tidak harus dari sekolah) sehingga perlu dibekali kesungguhan dengan kesabaran (pengorbanan) .

Sehingga apabila telah diperoleh hikmahnya lalu timbulah perasaan Ihklas, qonaah.

Karena Ilmu yang kita miliki hakikatnya dari Allah, dan perantaranya bisa dengan banyak cara sehingga sampai kepada hati kita.

Pertanyaan selanjutnya dimana mencari ilmunya?

Jawabnya :

> Bacalah/pelajarilah , pahamilah Al-Quran Nur Karim ini, sebagai cahaya/ilmu bagi manusia untuk menuju kepada Tuhannya, dan selanjutnya pada Surat ke 2 Al-Baqorah yang dimulai dengan huruf Alib, Lam dan Mim (hanya Allah yang tahu maksudnya), tetapi kalau boleh kita sedikit berinovativ dalam memaknainya bahwa kata Alam, Ilmu, Ulama, itu memiliki akar yang sama yaitu huruf Alib Lam Min.

> Kemudian setelah dibacah coblah untuk di amalkan / di terapkan / dipraktekan / di aplikasikan sesuai dengan kondisi-kondisi yang kita hadapi dan yang akan kita jalani.

Jadi pada saat kita membaca ayat ke 6 Surat Al-Fatihah, coba maknai dengan :

“ Ya Allah permudahlah segalah urusan ku dengan ilmu Mu (jalan lurus/cahaya) agar aku dapat mencapai Ridha Mu (Surgamu) yang begitu Nikmat”.

> Karena hanya Engkaulah yang pantas untuk dijadikan tempat minta pertolongan,

> Karena hanya Engkaulah tuhan kami (tempat menyembah),

> Karena hanya Engkaulah yang mutlak menguasai (menjadi hakim) di hari pengadilan, pemilik surga dan neraka.

> Karena Engkau begitu pengasih dan penyayang,

> Oleh karena itu Segala puji hanya bagi mu Ya Allah.

Ternyata menurut pemahaman saya do’a dalam surat Al-Fatihah betul-betul do’a yang paling pamungkas.

Kalau boleh saya pake bahasa saya sendiri “Ya Allah pokoknya aku mau terbebas dari neraka dan masuk surga (mencapai ridhomu).”

Mengengai caranya (jalannya) terserah kepada Mu Yang Maha Mengatur, dan Kau Maha Berkehendak,

Kau Maha Tau, sementara aku tidak tahu selain dari Mu.

Kau Maha Kuasa, sementara aku tidak

Aku mengakui Engkau sebagai Tuhanku, dan aku ini hambaMu.

Bimbinglah aku….dengan cara yang Engkau kehendaki.

Aku tidak dapat membalas Nikmat yang engkau berikan kepadaku, aku hanya bisa bersyukur (berterima kasih dgn tulus) karena Engkau telah ciptakan aku sebagai manusia, sehingga aku memiliki kesempatan untuk masuk kedalam surgaMu. Dan ampunilah segala dosaku karena kelalaianku…

Kemudian coba ingat maksud Allah menciptakan jin dan manusia agar kita bersyukur.

Demikian dari saya, mohon diluruskan kalau pemikiran ini salah, sekedar berbagi, mudah-mudahan bermanfaat.

WS

Muhammad D. Akasa

dzikrullah@yahoogroups.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar